Selasa, 03 Februari 2009

Spesialisasi Batik Perempuan


UNTUK urusan memproduksi kain batik, 'juragan' memang banyak membantu. Selain bekerja untuk mendapatkan upah, sembari belajar mengenai membuat batik dan belajar manajemennya. Seperti Sukron, Warga Desa Karangjompo Kec Tirto Kab Pekalongan misalnya. Berawal dari keterlibatannya sebagai buruh di sebuah home industri batik di desanya, diapun lantas tahu lika-liku memproduksi batik."Cukup lama saya menjadi buruh batik," ucapnya kepada Radar.
Setelah dirasa cukup memadai pengetahuannya mengenai teknik membuat batik, Sukron nekad membuka usaha sendiri dengan menerima jasa pembuatan batik. Kebetulan lagi, saudara-saudaranya adalah perajin batik, maka keberaniannya untuk menentukan jalur membuka jasa pembuatan batik sebagai gantungan hidupnya, semakin mendesak pikirannya untuk berani mandiri. Kemudian dibukalah home industri di rumahnya Desa Karangjompo. Produksi batiknya khusus berupa batik tulis, khusus untuk baju perempuan.
Meski usaha yang digelutinya itu baru beberapa bulan berjalan, namun usahanya lancar karena sering menerima order. Namun, Sukron tidak berani banyak menerima order besar-besaran, karena harga obat-obatan batik sangat tergantung situasi politik dalam dan luar negeri. "Seperti sekarang ini, ada rencana kenaikan harga obat batik. Sangat dimungkinkan ada kenaikan harga obat batik," jelasnya.
Karenanya saat ini usahanya cukup ditangani sekitar 10 karyawan tetap. Dirinya tidak berani mempekerjakan banyak karyawan, karena sangat berisiko. "Saya khawatir kalau kemudian akhirnya melakukan PHK (Pemutusan Hubungan Kerja)," ungkapnya.
Sampai saat ini kemampuan produksi Sukron baru sekitar 500 pcs perbulan, dengan omzet antara Rp 5 – 25 juta per bulannya. "Untuk permodalannya masih mengadalkan dari kocek sendiri," jawabnya.
Sukron menyebut, ongkos produksi di home industrinya tergantung dari banyaknya motif yang diinginkan, serta kerumitan motif batik. "Bisa mencapai 200 Ribu per kodinya," sebutnya.
Sementara itu, Nabil Diab, Pecinta Batik Pekalongan mengatakan, batik adalah kerajinan yang memiliki nilai seni tinggi dan telah menjadi bagian dari budaya Indonesia (khususnya Jawa) sejak lama.
"Perempuan-perempuan Jawa di masa lampau menjadikan keterampilan mereka dalam membatik sebagai mata pencaharian, sehingga di masa lalu pekerjaan membatik adalah pekerjaan eksklusif perempuan sampai ditemukannya 'Batik Cap' yang memungkinkan masuknya laki-laki ke dalam bidang ini," ucapnya.
Ada beberapa pengecualian bagi fenomena ini, yaitu batik pesisir yang memiliki garis maskulin seperti yang bisa dilihat pada corak 'Mega Mendung', dimana di beberapa daerah pesisir pekerjaan membatik adalah lazim bagi kaum lelaki.
"Ragam corak dan warna Batik dipengaruhi oleh berbagai pengaruh asing. Awalnya, batik memiliki ragam corak dan warna yang terbatas, dan beberapa corak hanya boleh dipakai oleh kalangan tertentu. Namun batik pesisir menyerap berbagai pengaruh luar, seperti para pedagang asing dan juga pada akhirnya, para penjajah," sebutnya.
Adik Walikota Pekalongan itu menyatakan, warna-warna cerah seperti merah dipopulerkan oleh orang Tionghoa, yang juga mempopulerkan corak phoenix. Bangsa penjajah Eropa juga mengambil minat kepada batik, dan hasilnya adalah corak bebungaan yang sebelumnya tidak dikenal (seperti bunga tulip) dan juga benda-benda yang dibawa oleh penjajah (gedung atau kereta kuda), termasuk juga warna-warna kesukaan mereka seperti warna biru.
"Batik tradisonal tetap mempertahankan coraknya, dan masih dipakai dalam upacara-upacara adat, karena biasanya masing-masing corak memiliki perlambangan masing-masing."
Teknik membatik, kata Nabil Diab, telah dikenal sejak ribuan tahun yang silam. Tidak ada keterangan sejarah yang cukup jelas tentang asal usul batik. Ada yang menduga teknik ini berasal dari bangsa Sumeria, kemudian dikembangkan di Jawa setelah dibawa oleh para pedagang India. Saat ini batik bisa ditemukan di banyak negara seperti Indonesia, Malaysia, Thailand, India, Sri Lanka, dan Iran. "Selain di Asia, batik juga sangat populer di beberapa negara di benua Afrika. Walaupun demikian, batik yang sangat terkenal di dunia adalah batik yang berasal dari Indonesia, terutama dari Jawa," ungkapnya.
Tradisi membatik pada mulanya merupakan tradisi yang turun temurun, sehingga kadang kala suatu motif dapat dikenali berasal dari batik keluarga tertentu. Beberapa motif batik dapat menunjukkan status seseorang. Bahkan sampai saat ini, beberapa motif batik tadisional hanya dipakai oleh keluarga keraton Yogyakarta dan Surakarta.
"Batik merupakan warisan nenek moyang Indonesia (Jawa) yang sampai saat ini masih ada. Batik juga pertama kali diperkenalkan kepada dunia oleh Presiden Soeharto, yang pada waktu itu memakai batik pada Konferensi PBB," pungkas Nabil Diab. (dur)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar