Kamis, 12 Februari 2009

Gas Sebagai Alternatif Produksi Batik


KONVERSI mitan ke gas untuk digunakan dalam produksi batik rupanya sudah mulai dilakukan oleh sebagian perajin batik di Pekalongan. Seperti Jazuli Nur, salah satu perajin batik yang ada di Kelurahan Kauman. Ia mengaku sudah menggunakan kompor gas untuk produksi batik yang Ia kelola. "Untuk sementara masih dua buah kompor gas saja. Ini kan baru uji coba. Untuk alternatif kalau-kalau mitan sulit didapat lagi," terang jazuli saat dijumpai Radar di rumahnya.
Jazuli mengaku untuk berproduksi batik menggunakan kompor gas, Ia membutuhkan dana awal sebesar 400 ribu untuk satu buah kompor gas. Dengan perincian harga kompor 250 ribu, tabung dan gas 150 ribu. "Kami menggunakan tabung gas ukuran 3 kg dan untuk 1 tabung gas bisa digunakan sampai 4 hari. Dengan isi ulang gas Rp 13 500.Jadi biaya operasional per harinya Rp. 3500,- saja. Ini lebih murah dibandingkan menggunakan mitan yang untuk satu kompor menghabiskan 1.5 liter per harinya," lanjut Jazuli lagi. Namun walaupun menggunakan gas dinilai sudah lebih murah, Jazuli berharap konstruksi yang sedang dilakukan oleh mahasiswa ITB dengan merubah titik api kompor gas, bisa menjadikannya jauh lebih irit lagi. "Katanya sih nantinya tabung 3 kg bisa digunakan berproduksi sampai 10 hari, kalau hal itu benar-benar terjadi ya sepenuhnya saya beralih ke gas." Jazuli yang mempunyai 20 karyawan ini mengaku tidak mempermasalahkan harga mitan maupun gas. Ia hanya memikirkan jangan sampai para pekerjanya itu tidak bekerja karena kelangkaan mitan maupun gas. "Saya nggak pernah mikir harga, yang penting mereka bisa kerja. Terus terang sayang sangat mengutamakan karyawan saya, karena kalau mereka tidak kerja kan kasihan," ucap pria setengah baya ini.Terkait dengan musim hujan dan banjir yang melanda Pekalongan, hal itu diakui oleh Jazuli telah menurunkan omset batik hingga 50%. "Untuk order tetap stabil namun Omset menurun karena keterlambatan pengiriman batik. Produksi batik memakan waktu lama kalau hujan dan banjir seperti kemarin. Tapi alhamdulillah konsumen maklum dengan kondisi tersebut," jelas Jazuli. Menurut Jazuli, selama musim hujan dan banjir yang terjadi beberapa waktu lalu, produksi batiknya tak pernah berhenti. Ia memanfaatkan ruangan yang sangat luas untuk mengangin-anginkan batik. "Nggak pernah sampai mandeg. Kalaupun ruangan sudah penuh, karyawan saya tetap kerja walaupun hanya 1/2 hari." Usaha batik yang dikelola Jazuli dalam satu hari bisa memproduksi batik 500 meter dengan omset perbulan sekitar 10.000 meter. (*)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar