Selasa, 03 Februari 2009

Pasar Inginkan Produk Bersih

KECENDRUNGAN pasar batik sekarang menginginkan produk bersih. Maksudnya produk yang sedikit sekali menimbulkan limbah. Karena itu, perlunya menerapkan eko efisiensi dalam memproduksi batik.
Demikian disampaikan Sekretaris Fedep Kota Pekalongan Ir Rofiqurrusdi. "Dengan menerapkan eko efisiensi, kita bisa menghemat biaya, serta bisa mengurangi dampak negatif lingkungan dan sosial. Sehingga memperbanyak keuntungan," ucapnya.
Eko efisiensi, lanjut Rofiqurrusdi, merupakan strategi bisnis dalam meningkatkan efisiensi & produktivitas, daya saing serta keuntungan di berbagai jenis sektor industri, dan sekaligus pemenuhan atas adanya persyaratan lingkungan yang sedang menjadi topik penting dewasa ini yaituproduk yang ramah lingkungan, produk-produk ber-ekolabel. "Mengingat sampah kota dan limbah industri sudah menjadi masalah yang kronis," ungkapnya.BAHAN KIMIA HARUS DIKENDALIKANBambang Purnomo Sidi, konsultan dari GTZ (Deutsche Geselschaft fur Technise Zusammernarbeit GmbH-German Technical Cooperation) dalam diskusi mengenai Eko-Efisiensi Batik yang difasilitasi FEDEP Pekalongan di Jenggot, kemarin mengatakan, menggunakan bahan kimia untuk proses pewarnaan kain batik, bila tidak dilakukan pengendalian secara ketat. Akibatnya luka, penyakit, bahkan membunuh.
"Bahan kimia dapat meningkatkan mutu hidup, tetapi juga dapat menyebabkan luka, penyakit, bahkan bisa membunuh," ucapnya.
Selain itu, bahan kimia dapat menyebabkan kebakaran atau ledakan. Karena itu sifat-sifat bahan kimia yang digunakan harus diketahui agar dapat dikelola dengan baik. Mengingat, setiap bahan kimia mesti dilengkapi dengan lembar data keselamatan bahan. "Pengendalian bahan kimia sangat diperlukan. Maksudnya penggunaan bahan kimia harus sesuai aturan," beber Bambang Purnomo.
Dengan pengendalian bahan kimia secara ketat akan memberikan manfaat secara optimal. Serta bisa meminimalisir efek samping yang merugikan, dan bisa mengurangi bahaya dari suatu bahan kimia tertentu.
Diantara contoh bahan kimia berbahaya, sebut Bambang Purnomosidi, Zat warna dengan sifat partikel (debu) dan sifat karsinogenik (zw Napthol). Ditambah bahan kimia B3:NaOH, H2SO4, cH3COOH, H2O2, Sodium hipoklorit."Kemungkinan bahan kimia masuk ke tubuh dengan cara dihisap, karena bahan kimia bisa berubah menjadi gas, uap, atau partikel halus kemudian masuk ke paru-paru," ungkapnya.
Bisa dengan cara gas, cairan atau padatan bahan kimia terserap dengan kulit. Dan bisa, bahan kimia tertelan ke dalam mulut. Karena kebersihan diri kurang baik.
Kalau masuk ke dalam tumbuh yang mungkin timbul, diantaranya iritasi kulit, mata dan saluran pernapasan, keracunan terhadap sistem organ tubuh, gangguan terhadap janin, dan merusak genetik generasi. "Karena itu hindarilah penggunaan bahan kimia berbahaya. Gunakan bahan kimia yang aman," saran Bambang Purnomosidi.
Kalau harus menggunakan bahan kimia berbahaya, pencegahannya beri jarak antara bahan kimia dengan pekerja. Caranya gunakan alat proses yang tertutup, batasi jumlah bahan kimia di tempat kerja, serta simpan bahan kimia berbahaya dengan aman. "Gunakan ventilasi dan gunakan aat pelindung diri," tambahnya.
Lebih lanjut, Bambang Purnomosidi menyarankan, agar penggunaan bahan kimia untuk proses pewarnaan disesuikan dengan takaran, dan kebutuhan kain mori yang akan diberi warna. Sehingga sisa larutan warna yang dibuang nihil, atau sedikit. "Dengan begitu menghemat biaya, serta bisa mengurangi dampak negatif lingkungan dan sosial. Sehingga memperbanyak keuntungan," pungkasnya. (dur)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar