Senin, 09 Februari 2009

Kembangkan Canting Antik


KALAU ingin mendapatkan canting atau cap yang antik, mungkin di Muhsinin warga Kelurahan Landungsari nomor rumah 37-tempatnya. Karena Ia sejak 2005 tetap konsisten mengembangkan kerajinan membuat canting antik.
Muhsinin mengaku mendapat keahlian membuat canting yang antik dari ayahnya, Abdul Halim. sedangkan ayahnya mendapat pengatahuan dari ayahnya (kakek Muhsinin). "Dulunya itu saya membantu ayah. Karena sebagai anak itukan harus patuh, dan mau membantu orang tua bila ada pekerjaan," ucapnya.
Dari awalnya membantu orang tua itu, lanjut Inin, tumbuh kecintaan pada kerajinan membuat canting. Sehingga keinginnya memuncak, dan tepatnya tahun 2005 membuat usaha sendiri. Meskipun sampai sekarang masih saja 'dompleng' usaha bapaknya membuat kerajinan canting. "Mulai tahun 2005, itu saya total menekuni usaha membuat canting," tandasnya.
Dalam memulainya usahanya itu, Inin datang ke pengusaha batik satu ke pengusaha batik yang lain untuk menawarkan jasa pembuatan canting. Hingga kerja kerasnya membuahkan hasil dengan menerima pesanan membuat canting, sebanyak 4 unit."Ketika menerima pesanan canting, saya nekad. Artinya, meski kemampuan keahlian yang saya miliki tidak sekaliber Bapak. Namun dalam pembuatan pesanan Saya sering minta diajari Bapak. Alhamdulilah pesanan pertama berhasil bagus," ucapnya.
Setelah pesanan perdana berhasil, kemudian pelan tapi pasti. Pesanan datang, meski tidak banyak. Bila dirata-rata semingu sekali ada pesanan, baik datang dari Pekalongan maupun dari Jakarta."Seperti sekarang jumlah pesanan meningkat. Karena usaha batik sekarang mulai membaik. Kalau batik ramai, kami juga ikut ramai."
Inin menyebut, bahan baku yang digunakan untuk membuat canting dari lempengan tembaga, dan lempengan besi. Tembaga diperoleh dari Tegal, harganya Rp 70 Ribu perkilogram. Sedangkan lempengan besi-juga diperoleh dari Tegal harganya Rp 6 Ribu. "Kini rencananya harga akan naik," ucap pria yang hanya lulusan SMU saja.
Mengenai bahan baku, Inin mengaku tidak ada kesulitan. Hanya saja ketika krisis ekonomi tahun 1996/1997, sempat terjadi kelangkaan bahan baku. Itu terjadi karena perilaku oknum pedagang yang cenderung menyembunyikan barang, kemudian menaikan harga lempeng tembaga.
Inin mengatakan, untuk membuat kerajinan canting membutuhkan ketekunan, ketelitian dan kesabaran. Karena untuk membuat satu unit canting saja kadang membutuhkan waktu yang sulit ditebak kapan selesainya. Namun pengrajin yang serius, membutuhkan waktu 10 hari saja.
Mengenai harga canting? Inin menyebut sangat tergantung dari rumitnya motif, serta ukurannya. Semakin rumit seperti motif sekarjagad, dan ukurannya besar maka semakin mahal. Begitupula sebaliknya. "Kalau terendah Rp 75 Ribu, sedangkan termahal Rp 700 Ribu," ucapnya yang mengaku menerima segala macam motif. (dur)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar