Kamis, 02 Juli 2009

Lanjutkan Usaha Alm MC Zurkoni, Usaha Yang Ditekuni Ida S Ardiyanti


SETELAH ditinggal MC Zurkoni, aktivis Pekalongan yang meninggal dunia karena kecelakaan di Linggoasri Kabupaten Pekalongan. Isterinya, Ida S Ardiyanti melanjutkan usaha suami yang telah ditekuni sejak lama, yakni menjual produk batik di Pasar Grosir PPIP, Jalan Dr Wahidin nomor 102 Pekalongan.
Mbak Ida, sapaan akrabnya-yang ditemui Selasa (5/8) sedang menata koleksi produk batik. Ditempat kios batik bernama 'Batik AISY', ia tidak hanya menjual produk batik. Perempuan yang dikaruniai dua anak dari hubungan dengan MC Zurkoni, masing-masing Ais dan Ryan M.Zakwan Zr Febriyan juga menjual garment, busana muslim dan busana wanita. Bisa dibilang cukup lengkap.
Mbak Ida mengatakan, setelah ditinggal Abang (panggilan Almarhum MC Zurkoni), dirinya harus menggantikan posisi suaminya dalam mencukupi kebutuhan hidup untuk dua anak-anaknya. Apalagi Ais, anak pertama sudah duduk dibangku Sekolah Dasar. Tentunya membutuhkan biaya yang cukup banyak."Apalagi saya ingin, Ais bisa melanjutkan sekolah sampai perguruan tinggi. Makanya saya harus bekerja untuk menafkahi keluarga. Jadi bisa dikata sudah 2 tahun, saya menekuni usaha batik," ucapnya.
Mbak Ida mengaku, dirinya mengenal bisnis batik sejak Abangnya masih hidup. Namun waktu itu, ia hanya diberi tanggungjawab mengurus administrasi keuangan, dan mengambil batik dari saudara-saudaranya yang membuat batik bila Almarhum ada pesanan produk batik. Karena kalau ingin ikut turun secara total ke bisnis batik, Abangnya selalu melarang. Alasannya agar lebih fokus mengurus Ais, yang saat itu masih Balita.
Karena MC Zurkoni telah meninggal dunia, maka segala urusan, mulai mengambil batik sampai memasarkannya hanya dilakukan seorang. "Untungnya adik-adik saya membantu. Kalau ada kesulitan, saya dibantu, hingga tugas saya menjadi ringan," ucap Mbak Ida.
Kalau dahulu masih mengambil produk batik dari saudara-saudaranya yang memproduksi kain batik. Kini, usaha yang dipegangnya telah maju selangkah, yakni memproduksi batik sendiri. "Produk batik yang kami produksi, berupa batik sutra untuk baju kemeja, daster dan tas yang telah dimotif dari bahan blaco."
Sedangkan produk batik yang mengambil dari saudaranya, berupa kemeja dari katun, baju lengan panjang. Untuk motif-motif produk batiknya dinamis, mengikuti perkembangan zaman.
Ditanya harga? Mbak Ida mengaku harga-harga produk batiknya variatif, tergantung dari bahan yang digunakan. Tentunya kalau bahannya dari kain sutra harganya lebih mahal bila dibandingkan dengan bahan katun.**Yang Unik
Mbak Ida mengaku, yang membedakan kios 'Batik Aisy' dengan kios yang lain, bila kiosnya menyediakan tas yang telah dimotif dari bahan blaco. Motifnya sangat unik yakni motif etnik. Sedangkan pembuatan motifnya dengan cara dijahit.
Mbak Ida menceritakan, saat memulai usaha menjual produk batik, dirinya tidak diwarisi harta yang berlimpah. Melainkan semangat dan modal yang cukup. Semangat yang masih dikenang-itulah yang membuat dirinya berani sendiri memikul tanggung jawab sebagai Ibu, sekaligus kepala rumah tangga."Alhamdulilah, dari modal yang pas-pasan. Kini (modalnya) telah bertambah. Meski masih butuh untuk menambah koleksi produk batik," ucapnya, sembari siap bekerja sama dengan pihak manapun dalam penjualan produk batik.
Meski dibilang sebagai pemain baru dalam bisnis batik, Ida S Ardiyanti menyadari ada resiko dalam usaha menjual produk batik, salah satunya ketika produk batiknya diambil tidak dibayar. Almarhum pernah mengatakan, orang yang hidup di jalan raya kalau tidak ditabrak maka akan tertabrak. Maksudnya, orang yang bisnis batik harus siap-siap bila ketika batiknya diambil pembeli namun tidak dibayar. "Kalau ada pesanan batik tidak dibayar, tidak perlu kecewa. Tapi yakinlah, Allah pasti akan membukakan jalan solusi," kenangnya.**Atas Dorongan AnaknyaMbak Ida mengatakan, pasca ditinggal suaminya, maka dirinya harus menjual produk batik ke Jakarta dan Salatiga. Jaringan pemasaran tersebut sudah terbentuk saat Almarhum Zurkoni masih bisnis batik secara sambilan, karena aktivitasnya lebih banyak sebagai aktivis LSM."Serta sebagian lagi dibawa teman-teman untuk dijual ke daerah lain."
Ida S Ardiyanti mengaku, bila dirinya membuka kios di Pasar Grosir PPIP karena dorongan putra yang pertama, Ais. Meski masih kecil, anaknya mengatakan, ambilah kesempatan (membuka kios di Pasar Grosir PPIP) karena kesempatan tersebut tidak akan datang dua kali."Dengan niat Bimillah, saya membuka kios disini (Pasar Grosir PPIP). Alhamdulilah, kemarin sudah ada yang mampir untuk membeli produk batik," jelasnya lagi.
Yang membuatnya yakin lagi, Ais ikut menata produk-produk batik, garmen, maupun busana muslim Ternyata tampilan hasil penataan kios 'Batik Aisy' sesuai arahan Ais sangat rapi. "Saya menjadi senang bisa membuka kios disini, meski uang yang harus ku keluarkan tidak sedikit," pungkas Ida. (abdurrahman)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar