Senin, 04 Mei 2009

Selama Ekspo, Batik Terjual Rp 1,47 M




PEKAN Batik Internasional (PBI) ke-2 tahun 2009 di GOR Jetayu, resmi ditutup, Minggu (3/5) sore. Selama ekspo dari tanggal 29 April sampai 3 Mei 2009, transaksi batik mencapai Rp 1,47 miliar.Hal itu diakui ketua panitia PBI, Drs Arie Putranto MM. “Apresiasi terhadap acara PBI sangat luar biasa. Terbukti, transaksi batik hanya dalam waktu beberapa hari mencapai Rp 1,47 miliar,” katanya seraya menjelaskan jumlah itu belum termasuk transaksi pesanan atau order. Belum lagi penjualan pameran buku murah. Tercatat di panitia, selama pameran ratusan buku senilai Rp 782 juta terjual. “Dengan jumlah buku yang terjual bisa kita simpulkan peminat baca di Kota Pekalongan luar biasa. Dan ini perlu ditindaklanjuti,” ungkapnya seraya menjelaskan untuk transaksi kuliner sendiri selama ekspo mencapai kuliner 240 juta.Dijelaskan Arie, dengan suksesnya penyelenggaraan PBI bisa mengangkat citra Kota Pekalongan yang sudah dikenal sebagai kota batik. “Tujuan PBI sendiri untuk mengangkat citra batik sebagai warisan budaya. Batik juga bisa menjadi nafas ekonomi di Kota Pekalongan. Dan lebih penting lagi, dengan adanya PBI lebih meningkat ekonomi batik kita,” ujarnya.Diungkapkan Arie, saat ini PBI sudah menjadi agenda dua tahunan. “Ke depan, PBI akan terus dilaksanakan 2 tahun sekali yang bersifat Internasional. PBI akan digelar tiap tahun ganjil, dan tentunya akan ada Internasional,” tuturnya.Selain PBI yang bersifat Internasional, Kota Pekalongan juga berencana akan membuat pameran batik regional yang bersifat nasional. “Saat ini yang kami (panitia) lakukan adalah mengevaluasi kegiatan PBI sekarang,” imbuhnya.Sebelumnya, Menteri Perdagangan Republik Indonesia Dr. Mari Elka Pangestu yang membuka PBI juga mengatakan, tema PBI yang diambil mempunyai makna yang dalam, yaitu bagaimana batik dapat dikenal oleh dunia. “Dan kita bangga dengan hasil karya kita sendiri,” ucapnya.Dia juga berusaha untuk dapat membantu memberikan kemudahan dalam menerbitkan hak paten bagi para pengrajin batik, serta membantu meningkatkan pemasaran produsen batik di Jawa Tengah di tingkat Internasional. Sementara itu, Asisten Ekonomi Pembangunan Provinsi Jawa Tengah Drs. Sriyadi, MSi yang mewakili Gubernur Jawa Tengah dalam sambutannya mengatakan, selama lebih dari 200 tahun, perkembangan batik di Jawa Tengah mengalami pasang surut sesuai dengan dinamika masyarakat dan perekonomian daerah. “Namun demikian beberapa tahun terakhir ini, batik menunjukkan kejayaannya berkat kegigihan pihak-pihak terkait dan para produsen dalam melestarikan warisan luhur nenek moyang kita. Upaya-upaya yang dilakukan antara lain melalui: pameran dalam skala lokal, regional, nasional dan internasional, pendampingan dan pemberian bantuan modal kepada UMKM/IKM/ dan klaster pengrajin batik, penerbitan surat edaran tentang kewajiban pemakaian batik bagi siswasiswa dan PNS pada hari-hari tertentu,” jelasnya.Gubernur berharap kegiatan ini dapat membantu mempromosikan produk batik Jawa Tengah yang berkualitas ke pasar global. Hal ini penting untuk menunjukkan bahwa Jawa Tengah masih menjadi ikon penghasil batik yang diperhitungkan baik di tingkat nasional maupun internasional. “Oleh karena itu, saya minta kesempatan ini tidak di sia-siakan begitu saja, tetapi hendaknya menjadi motivator bagi semua pihak terkait untuk tetap mengembangkan kreatifitas dan inovasi serta kualitas produk batik Pekalongan pada khususnya dan Jawa Tengah pada umumnya, sehingga prospek industri batik Jawa Tengah menjadi lebih baik,” paparnya. (*)

Jumat, 01 Mei 2009

Batik dari Bahan Kertas Plastik


SETELAH sukses mempopulerkan batik jens. Kali ini seniman batik Pekalongan, Harris Riyadi meluncurkan karya terbarunya berupa batik dari bahan kertas plastik.Pria berkumis tebal yang ditemui di arena Pekan Batik Internasional (PBI) menjelaskan, batik bagi orang Pekalongan tidak bisa lepas dari kreativitas. "Makanya dalam PBI ke-2 ini, saya memamerkan batik dari bahan kertas plastik," ucapnya.Batik kertas plastik ini dipamerkan dalam PBI berbentuk box tempat cindera mata dan sandal, proses pembuatannya juga tidak ada unsur printing dan lukisnya. "Moment ini bagus dan harus dimanfaatkan, karena momen ini bisa menjadi kiblat batik kontemporer Indonesia," ujarnya.Haris juga menambahkan, penemuan media baru untuk membatik ini juga untuk kepentingan generasi berikutnya, mereka harus tahu bahwa batik mepunyai sejarah panjang, tentunya sesuai dengan tingkat kreativitas senimannya. (dur)

Pamerkan Sajadah Batik, dan Batik Motif Gradasi


IKUT memeriahkan ajang Pekan Batik Internasional (PBI) selama seminggu di Kawasan Jalan Jeyatu, Paguyuban Pengrajin Batik Kota Pekalongan memamerkan produk unggulannya di sebelah selatan GOR Jetayu.Diantara yang dipamerkan adalah baju hem batik dengan berbagai motif, kain batik, sajadah batik tulis dari bahan mori sutra, serta batik dengan motif gradasi.
Meski dijual dalam event PBI, namun harga batik yang dijual Paguyuban Pengrajin Batik Kota Pekalongan tidak terlalu mahal.
Penjaga stand, Subhi Subekti Fatah mengatakan, PBI memiliki peranan penting dalam mempromosikan batik kepada masyarakat global. "Karena tidak ada perusahaan batik yang mampu bertahan bila perusahaan tersebut tidak mampu memasarkan atau menjual barang-barang yang dihasilkan," ucapnya.
Makanya dalam PBI ini, lanjut Uki Fatah-sapaan akrabnya, dirinya bersama peguyuban batik Pekalongan memanfaatkan kesempatan emas untuk menjual produk-produk unggulan. "Alhamdulilah, sudah ada yang laku," ujarnya.
Campur tangan pemerintah dalam bidang promosi maupun sebagai fasilitator pengembangan batik, kata Uki Fatah, dinilai sangat tepat dalam usaha mempertahankan dan meningkatkan pembelian batik ditingkat konsumen, sehingga cita-cita untuk menduniakan Pekalongan melalui Batik maupun produk-produk yang berkaitan dengan usaha perbatikan dapat terlaksana ditengah persaingan bisnis yang semakin kompetitif. "Kita berharap Kota Pekalongan menjadi kota yang benar-benar tetap hidup dan berkembang di tengah gejolak krisis." (dur)

Kompor Canggih Solusi Konversi


TAK lama lagi di Kota Pekalongan akan diberlakukan konversi (peralihan) dari minyak tanah ke gas. Akibatnya minyak tanah (mitan) akan semakin langka keberadaannya. Hal inilah yang dicemaskan banyak pihak, terutama para perajin batik atau sejenisnya.
Mengapa? karena produktivitas mereka sangat bergantung pada mitan. Namun kini warga Kota Pekalongan tak perlu risau. Pasalnya kini telah ditemukan sebuah kompor canggih, yakni kompor Bio Ethanol yang bahan bakarnya dibuat dari singkong beracun atau singkong genderuwo.Selain singkong, Bio Ethanol juga bisa dibuat dari tetes tebu, biji jarak, bahkan kulit pisang atau bonggol jagung dan nanas. Hal ini seperti yang diungkapkan Irawan, koordinator kompor Bio Ethanol saat ditemui Radar di GOR Jetayu tempat dilangsungkannya acara Pekan Batik Internasional (PBI). "Cara membuat bahan bakarnya sangat mudah dan ramah lingkungan. Tinggal saya ajari sebentar, bisa dipraktikan langsung di rumah," terangnya.Kompor inilah yang bisa dijadikan alternatif pilihan dalam menghadapi konversi beberpa bulan ke depan. Sehingga para perajin batik tak perlu was-was lagi dalam menghadapinya. "Bukan hanya untuk membatik, kompor ini juga bisa digunakan sebagaimana kompor biasa seperti untuk kebutuhan memasak," terangnya.Hal ini disambut baik oeh Ella, Sekertaris Kampoeng Batik Kauman. Dirinya bahkan siap menjadi agen resmi kompor Bio Ethanol tersebut. "Saya langsung beli dan akan mencobanya di rumah. Saya juga siap menjadi agen untuk mendistribusikan kompor ramah lingkungan ini di Pekalongan," tandasnya. (*)

Negara Besar Berbasis Kreativitas

PEMERINTAH harus lebih mengembangkan kreativitas sehingga perekonomian di Indonesia akan lebih maju. Hal itu juga dilakukan oleh negara-negara besar di dunia, yang menitikberatkan ke usaha kecil dengan treys mengembangkan kreativitas. Demikian disampaikan Ketua Umum Dewan Koperasi Indonesia (Dekopin) Adi Sasono saat menjadi pembicara seminar Nasional Batik Nusantara dengan tema ‘Membuka peluang pasar ekspor batik nusantara melalui peningkatan keunggulan competitive di tengah krisis global’ di aula Setkot Pekalongan, kemarin.Diungkapkan pria kelahiran Pekalongan tersebut, salah satu bentuk kreativitas lokal adalah batik. “Sudah diakui di dunia, batik merupakan produk kreativitas bangsa Indonesia sejak dulu. Sekarang ini, batik terus berkembang. Kalau dulu hanya digunakan untuk pakaian bawahan wanita, sekarang sudah berkembang menjadi pakaian atas dengan berbagai model. Dan ini harus terus dikembangkan,” ucapnya seraya menjelaskan kunci pemasaran produk lokal adalah dalam negeri.Diakui Mantan Menteri Koperasi itu, selama ini usaha kecil terbentur dengan pembiayaan untuk produksi perdagangan. “Dan ini harus menjadi perhatian pemerintah dan perbankan untuk membantu kesulitan pendanaan dengan terus menggelontorkan bantuan dana ke usaha kecil, sehingga perekonomian di Indonesia semakin maju lagi,” paparnya.Sementara, Deputi Menteri Negara Bidang Pembiayaan, Agus Muharam yang juga menjadi pembicara dalam seminar tersebut lebih menyorioti kebijakan stimulus dan program pemerintah dalam rangka mengurangi dampak krisis keuangan global.Diakui Agus, krisis keuangan global diawal krisis keuangan di Amerika Serikat. “Ada beberapa hal yang mempengaruhi krisis keuangan global, di antaranya seperti besar kredit macet lembaga pembiayaan internasional membuatnya kekurangan likuiditas. Sementara krisis keuangan di Indonesia diikuti turunnya harga jual saham, turunnya nilai tukar rupiah, terjadi rasionalisasi di perusahaan, banyaknya pengangguran, dan turunnya daya beli masyarakat,” ucapnya.Sementara pengaruh krisis keuangan global pada industri batik adalah turunnya permintaan luar negeri maupun dalam negeri, masuknya produk dari China dan Malaysia serta adanya batik printing ikut menggusur batik tradisional.“Atas berbagai dampak krisis keuangan global stersebut, Presiden mengeluarkan 10 arahan. Di antaranya, semua kalangan diminta tetap optimis dengan kebijakan yang tepat dan kerja keras akan dapat menumbuhnya perekonomian dan lain,” ucapnya. (*)

Politeknik Pusmanu Pameran di PBI


IKUT memeriahkan ajang Pekan Batik Internasional (PBI) ke-2 di Kawasan Jalan Jetayu Kota Pekalongan, Politeknik Batik Pusmanu memamerkan segala kelebihannya di event tersebut.
Dalam pemeran di PBI, kampus pimpinan Drs Soni Hikmalul MSi menyuguhkan miniatur proses batik, memamerkan zat warna sintetis, zat warna alam, dan memperlihatkan enam canting ukuran dari terkecil sampai besar.
Tidak hanya itu, juga dipamerkan buku-buku bertema batik. Bahkan khusus hari pembukaan PBI, Kamis (30/4) akan didemontrasikan cara mengecap batik.
Direktur Politeknik Pusmanu, Drs Soni Hikmalul MSi mengatakan, pihaknya sengaja ikut pameran untuk mengenalkan kampus Politeknik Pusmanu kepada masyarakat Internasional. Karena satu-satunya perguruan tinggi yang membuka jurusan teknik batik."Satu-satunya PT yang membuka jurusan teknik batik adalah Politeknik Pusmanu Pekalongan," bebernya.
Diterangkan, Politeknik Pusmanu Pekalongan menawarkan 3 program studi (prodi) unggulan. Pertama, prodi akuntansi perbankan syariah, program ini ditawarkan karena sekarang lagi dikembangkannnya sistem keuangan syariah di lembaga keuangan Indonesia dengan ditandai berdirinya Bank Mandiri Syariah, BNI Syariah, BNT Syariah dan Pegadaian Syariah. "Makanya sangat dibutuhkan lulusan yang sangat menguasai materi mengelola keuangan dengan system syariah," ungkapanya.
Prodi kedua adalah Teknik Batik. Batik ini dipilih karena mayoritas masyarakat Pekalongan bermata pencaharian sebagai perajin batik. Dari sektor batik ini, masyarakat Pekalongan mencari makan. Maka sudah seharusnya batik dilestarikan. Ditambah lagi, batik merupakan warisan leluhur.
"Kondisi ini didukung dengan kebijkan Pemerintah yang terus mengembangkan batik Ini potensi besar bagi lulusan Prodi Teknik Batik," ungkapnya.
Prodi lainnya adalah Manajemen Bisnis Internasional. Prodi ini dipilih, mengingat pengaruh globalisasi telah membuka sistem ekonomi dunia. Batas-batas teritorial sebuah negara sudah bukan halangan lagi untuk berinteraksi. Makanya, perlu disiapkan SDM yang berwawasan Internasional.
"Proram ini sangat pas, bila anda mempunyai cita-cita ingin meningkatkan bisnisnya ke luar negari. Atau, mungkin ingin bekerja sebagai tenaga profesional di negara asing," beber Soni Hikmalul.
Sedangkan Prodi terakhir, adalah Administrasi Kantor. Prodi ini, dipilih karena tuntutan zaman yang mengharuskan efisiensi dan roduktifitas dalam pengelolaan perkantoran disegala sektor, seperti Kantor Pemerintahan, Swasta, Kantor Binis ataupun non bisnis."Makanya program ini sangat dibutuhkan bagi yang mau menekuni dibidang administrasi kantor," pungkas Soni Hikmalul. (dur)