Selasa, 03 Maret 2009

Usaha yang Sudah Turun-Temurun

INDUSTRI kerajinan kulit di Desa Masin Kecamatan Warungasem, ternyata usaha yang sudah turun-temurun. Menurut Kasie Pemerintahan Desa Masin, Casiro bahwa industri kerajinan kulit di desanya sudah ada sekitar tahun 60-an."Keahlian para perajinnya merupakan warisan turun temurun," ucapnya.
Produk dari kerajinan kulit, terang Casiro, berupa ikat pinggang, dompet, serta produk lainnya. Komoditi produknya dipasarkan untuk memenuhi kebutuhan lokal, juga ke daerah lain.
Diantara upaya pemerintah untuk mengembangkan sentra industri kerajinan kulit ini dengan mengikutkan karya ke pameran-pameran. "Dibandingkan produk kerajinan kulit dari daerah lain, produk dari Desa Masin kualitas dan mutunya lebih baik. Karena proses penyamakannya halus," kata Casiro.
Edi, salah satu perajin kulit berlabel 'Putra Room' yang menempati kios di Jalan Raya Masin, menuturkan keahliannya membuat kerajinan kulit didapatnya dari orangtua. Proses pembuatan komoditi ini sangat sederhana.
Ikat pinggang misalnya, diawali dengan pemotongan, pengecatan, pembuatan ukiran, jahit, terakhir pemasangan gesper. Satu lembar kulit bisa menghasilkan ikat pinggang sekitar 12 buah. Sisa-sisa kulit tidak lantas dibuang. "Kita buat dompet," ujar Edi. Bahan baku kulit ia beli dari penyamak Rp 50 ribu per kilo. "Yah kita bisa ambil untuk setengahnya lah," ujar Edi.
Dalam satu bulan, sedikitnya Edi mampu menerima pesanan pembuatan ikat pinggang sebanyak 200-300 buah. Sejauh ini Edi masih memproduksi sebatas pesanan. Edi mengaku tidak berani menyuplai kerajinan kulit dalam jumlah besar karena harus bersaing dengan produk imitasi yang marak beredar di pasaran. Hal ini pula yang membuatnya khawatir akan kerajinan kulit di masa mendatang.
Lalu bagaimana soal harga? Kerajinan kulit Masin ditawarkan dengan harga terjangkau. Untuk sabuk wanita ditawarkan mulai Rp 35 ribu hingga Rp 40 ribu, dompet pria Rp 25 ribu, dompet wanita Rp 40 ribu, sedangkan jacket kulit mencapai ratusan ribu rupiah.
Sekedar informasi, Desa Masin terletak 8 kilometer dari jalur pantura Semarang-Surabaya. Lokasi ini bisa dijangkau dengan kendaraan pribadi maupun transportasi massal sejenis angkudes jurusan Pekalongan-Warungasem-Bandar dengan tarif Rp 2 ribu per orang.
Desa seluas 75 ribu hektar ini menjadi salah lokasi andalan pemerintah Kabupaten Batang karena kerajinan kulitnya. Perkembangan industri kerajinan kulit ini juga tidak terlepas dari dukungan industri penyamakan kulit sebagai penyuplai bahan baku.
Data Pemerintah Kabupaten Batang menyebutkan di desa berpenduduk sekitar 3 ribu jiwa ini terdapat 16 unit usaha dan total produksi 1,254 juta buah per tahun. Para perajin penyamakan kulit ini tergabung dalam Koperasi PKM (Penyamak Kulit Masin). Produk yang dihasilkan perajin antara lain sepatu, sandal, dompet, tas, ikat pinggang dan jacket. Yang menarik, kerajinan kulit Masin terdapat ukiran-ukiran berbagai motif. (*)

Perajin Batik Pabean Bangkit


CERAHNYA cuaca di Kota Pekalongan diikuti pula cerahnya hati para perajin batik di Kelurahan Pabean, Kecamatan Pekalongan Utara. Aktivitas perajin batik di sana mulai bangkit.
Mengingat sebelumnya, para perajin batik tidak bisa membuat batik karena cuaca selau mendung. Terlebih di daerah tersebut meruapakan daerah rawan banjir dengan tingkat keparahan cukup tinggi. "Sudah seminggu kami mulai membatik. Ya bahagia mas, sudah mulai cerah cuacanya. Jadi bisa langsung menjemur batik," ungkap Sumrotun, salah seorang perajin yang memiliki 20 karyawan ini. Dijelaskan, aktivitasnya sempat lumpuh selama 5 bulan saat daerah tersebut terus menerus diguyur hujan. "Ya...iya kalau nggak ada matahari kita ngenes (sedih-red). Sudah lima bulan kami nganggur karena gak ada matahari," terangnya.
Hal senada juga dikatakan H Nasir, Ketua Paguyuban Batik Pabean. Saat ini ratusan buruh batik sudah kembali bekerja seperti semula. Di daerahnya terdapat sebanyak 75 perajin batik. Bisa dibayangkan berapa banyak tenaga kerja yang kembali mendapat pekerjaannya setelah sekian lama berdiam diri di rumah. "Rata-rata setiap buruh batik digaji Rp 10.000 per hari. Jadi dengan cerahnya cuaca, bukan hanya aktivitasnya saja yang pulih, tetapi juga perputaran uang kembali bergulir," tandasnya.Mereka mengharapkan cuaca seperti ini bisa berlangsung terus-menerus. Sehingga warga Pabean tetap memiliki penghasilan setiap harinya. (*)