Senin, 27 April 2009

Museum Batik Koleksi Batik Berusia Ratusan Tahun

KEBERADAAN Museum Batik Indonesia yang terletak di Jalan Jatayu Kota Pekalongan, atau tepatnya menempati bekas Gedung Balaikota lama yang belum lama ini diresmikan oleh Presiden Susilo Barnbang Yudhoyono mempunyai berbagai ragam koleksi batik, mulai batik antik yang berusia ratusan tahun, hingga perpustakaan dan peta batik raksasa serta berbagai pernak pernik yang terkait dengan masalah batik.
Batik yang merupakan karya adiluhung bangsa Indonesia yang akan diakui oleh UNESCO (ilmu pendidikan kebudayaan ) PBB sebagai "Indonesian Heritage" atau warisan budaya Indonesia. Eksis hingga kini tidak terlepas dari dinamika yang senantiasa terjadi pada berbagai aspek, baik aspek teknis, estetis, normatif, ikonografis maupun aspek fungsional dan ekonomis.
Didalam Museum itu kita bisa melihat secara gamblang berbagai ragam batik. Ini tidak terlepas dari partisipasi para kolektor dan kurator batik yang menyumbangkan `simpananya' secara suka rela untuk museum. Ini tidak hanya dilakukan oleh kolektor tokoh-tokoh batik Pekalongan diantaranya seperti Hj Fatchiah putra empu kerajinan dan tenun Pekalongan H. Ridaka (A.Kadir), H. Dudung Alisyahbana, Romi Okta Birawa, H. Faturachman (Tukman), H. Fredy Wijaya serta beberapa tokoh batik lainnya.
Sedangkan kolektor batik lainnya Ibu Minarsih Soedarpo, Chea Panggabean, Graziela S. Rapjanidewi, Nian Djoemena, Syarifah Nawawi, Unzelda A Learnona. Ibu R.A Soeiatoen Darmais, Roos Roesmali, Tumbu Ramelan, Maria Moerad maupun Yayasan Batik Indonesia.
Tidak mengherankan jika ruang pamer cukup menarik dengan adanya koleksi batik-batik kuno yang mempunyai nilai sejarah. Disamping berbagai jenis batik dan berbagai daerah di Nusantara seperti jenis Cirebon, Lasem, Yogya, Solo, Pekalongan, Madura maupun batik luar Jawa lainya dengan corak dan ciri khas lainnya.
Tak kalah menariknya Kreasi batiK yang dihasilkan warga Pekalongan yang penuh kreatifitas corak yang dipajang di ruang pamer museum. Disamping adanya peta batik raksasa yang dibuat oleh Rusdiyanto, SH asal Kradenan yang menggunakan 59 corak sebagaimana ciri khas batik daerah.
Bahkan peta batik ini dicatat MURI karena memecahkan rekor di Indonesia. Keberadaan Museum batik tidak hanya menampilkan display batik saja, tetapi juga dipajang alat-alat peraga pembuat batik baik canting, cap maupun tempat nglorot batik dan perlengkapannya hingga kompor dan wajan tempat malam untuk bahan membatik. Disisi lain juga dilengkapi ruang perpustakaan yang berisi ratusan buku mengenai perbatikan baik cetakan dalam maupun luar negeri. sehingga pengunjung bisa dengan mudah melihat sejarah perkembangan batik secara jelas. Bahkan kedepan Museum ini akan dilengkapi dengan sistem IT guna mendukung para pengusaha batik dalam proses eksport dan import serta menghak patenkan. (abdurrahman)

1 komentar:

  1. Terus perbesar musium batik ini.Agar jadi ikon kota batik Pekalongan.

    BalasHapus